Home / DI YOGYAKARTA

Sabtu, 7 Juni 2025 - 19:37 WIB

Garebeg Besar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat 2025, Kembalinya Tradisi Nyadhong Tata Cara Pada Masa Sri Sultan HB VII

YOGYAKARTA | LENSANUSA.COM. – Hajad Dalem Grebeg Besar Tahun Je 1958/2025 digelar pada Sabtu (7/6/2025). Sebanyak enam gunungan yang menjadi simbol berkah raja kepada rakyat. Kali ini prosesi diwarnai dengan kembalinya tradisi Nyadhong di Kepatihan, selaras dengan tata cara pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Dengan demikian tidak ada utusan Raja Kraton atau Utusan Dalem yang mengantar Gunungan ke Kompleks Kepatihan.

Foto/dok. Humas Pemda DIY. Iki

Pelaksana harian (Plh.) Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Tri Saktiyana, menjemput langsung ubarampe gunungan dari Keraton yang kemudian dibawa ke Kompleks Kepatihan dengan kawalan Bregada Bugis.

Sebanyak 150 pareden ubarampe gunungan tersebut diserahkan Tri Saktiyana kepada Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Sosial, Budaya, dan Kemasyarakatan, Didik Wardaya, untuk selanjutnya dibagikan kepada abdi dalem kaprajan di lingkungan Pemda DIY secara tertib.

Tri Saktiyana menjelaskan dalam prosesi kali ini, Pemda DIY melalui peran Sekda menjalankan tugas sebagai Pepatih Dalem dengan menjemput langsung pareden ubarampe gunungan Garebeg Besar Keraton. Hal ini menandai sikap proaktif dan keterlibatan birokrasi dalam melestarikan nilai budaya, sekaligus menyimbolkan kesatuan antara keprajan (pemerintah) dengan kekuasaan simbolik raja.

“Kalau dulu kita menunggu dikirimi, sekarang kita nyadhong, menjemput langsung. Ini makna simbolisnya birokrasi bersifat melayani secara aktif kepada masyarakat,” ujar Tri Saktiyana.

Penghageng Kawedanan Hageng Kridhomardowo Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, KPH Notonegoro, menjelaskan  jika sebelumnya Ubarampe Gunungan dikirim langsung dari Keraton, kini pihak Kepatihan  datang ke Keraton untuk menerima gunungan secara langsung.

Setelah mengikuti arak-arakan menuju Masjid Gedhe dan selesai didoakan, gunungan dibawa ke Kompleks Kepatihan dan dibagikan secara tertib.

“Tidak ada utusan dari kraton yang mengantar ke Kepatihan. Justru dari Kepatihan yang datang ke Keraton untuk nyadhong, atau meminta gunungan, lalu dibawa pulang dan dibagikan,” katanya.

Prosesi ini menjunjung nilai cadhong, yaitu pembagian secara tertib dan tidak dirayah. Filosofi nyadhong menekankan penghormatan terhadap simbol kesejahteraan dan berkah dari raja kepada rakyatnya. Sekda DIY berjalan bersama iring-iringan bregada membawa Ubarampe Gunungan menuju Kepatihan. Setibanya di sana, Ubarampe Gunungan diterima oleh para Asisten Sekda DIY untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.

“Selain Kepatihan, pembagian Ubarampe Gunungan tetap berlangsung di tiga titik lain yaitu Ndalem Mangkubumen, Masjid Gedhe, dan Puro Pakualaman. Gunungan dibagikan secara tertib, satu per satu, sebagai wujud tata krama dan penghormatan terhadap tradisi”jelasnya. *SY.

Share :

Baca Juga

DI YOGYAKARTA

Perahu Nelayan Terbalik di Hantam Ombak Besar di Pantai Congot, Satu ABK Meninggal Dunia, Satu Hilang

DI YOGYAKARTA

Delapan Hari Pelaksanaan Operasi Patuh Progo 2025, Polda DIY Tindak 356 Pelanggar Lalulintas

DI YOGYAKARTA

Korban Keracunan Makanan di Tempel dan Melati Bertambah, Pemkab Sleman Tetapkan Kejadian Luar Biasa

BERITA NASIONAL

Ribuan Massa umat Islam Padati Polda DIY Minta Usut Penusukan Santri Al Fatimiyah Krapyak

DI YOGYAKARTA

Pembangunan Fasilitas Destinasi Wisata Bukit Panggul Sidomulyo Mangkrak Dan Kumuh

DI YOGYAKARTA

DKPP Bantul Gelar Kontes Ternak Kambing PE, Bangkitkan Semangat Peternak Muda

DI YOGYAKARTA

Buka Taklimat Awal, Kapolda DIY: Audit Kinerja Sebagai Kontrol Terhadap Pelaksanaan Tugas

DI YOGYAKARTA

Refleksi 19 Tahun Gempa Bumi 5,9 SR, Relawan PMI Bantul Ziarah Makam Korban Gempa Tak dikenal