GUNUNGKIDUL | LENSANUSA.COM. – Jogja Benih Expo 2025 resmi dibuka di Balai Pengembangan Perbenihan dan Pengawasan Mutu Tanaman Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, Unit Gading, Playen, Gunungkidul, Rabu (6/8/2025).
Jogja Benih Expo 2025 akan berlangsung hingga 7 Agustus 2025, dengan menampilkan sedikitnya 22 varietas jagung, 3 varietas kedelai, 2 varietas sorgum, dan 1 varietas padi unggul.

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X yang hadir mewakili Gubernur DIY, menegaskan bahwa benih unggul bukan lagi sekadar elemen produksi, melainkan fondasi ketahanan pangan dan kedaulatan bangsa.
“Pertanian hari ini tidak bisa lagi bertumpu pada pola konvensional semata. Namun demikian, teknologi bukan untuk menggantikan kearifan petani, melainkan untuk memperkuatnya,” tegas Sri Paduka saat membuka kegiatan tersebut.
Jogja Benih Ekspo ini diharapkan menjadi momentum penting dan wadah kolaborasi antara petani, akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah untuk mendorong pertanian modern yang ramah lingkungan serta kebangkitan pertanian DIY menuju arah yang lebih inovatif, produktif, dan berakar kuat pada karakter budaya lokal.
“Saya mengajak kita semua untuk terus membangun sinergi antara varietas unggul, teknologi tepat guna, dan karakter lokal. Sehingga pertanian kita tidak hanya maju secara produksi, tetapi juga kokoh secara budaya,” imbuh Wagub DIY
Sementara itu Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), yang dalam sambutannya memberikan apresiasi atas konsistensi Pemerintah Daerah DIY dalam mengembangkan benih unggul berbasis lokal.
“Acara ini bukan hanya menjadi momentum untuk menampilkan hasil-hasil terbaik dari dunia perbenihan, tetapi juga menjadi wadah pertemuan antara gagasan, inovasi, dan para pelaku utama pertanian Indonesia, yaitu petani kita sendiri,” ujar Titiek.
Titiek juga memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang dinilai berhasil menjadikan wilayahnya sebagai lumbung benih potensial meski menghadapi keterbatasan alam.
“Gunungkidul menunjukkan bahwa dengan semangat kolaborasi dan pendampingan yang tepat, daerah dengan keterbatasan alam pun bisa menjadi pusat pertanian yang unggul dan adaptif,” ungkapnya. *SY.














