BANTUL | LENSANUSA.COM. – Sendang Banyuurip merupakan sumber mata air yang oleh warga setempat dikelola dan dijadikan sebagai sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Mata air tersebut telah dibuatkan bak penampung air. Debit airnya tidak besar, tetapi air di Sendang Banyuurip tidak pernah kering.
Ukuran bak penampung air 2,5 m x 3 m dan kedalamannya 3 m. Sendang Banyuurip dilengkapi dengan atap berupa bangunan kayu di atas dan di sekelilingnya. Bangunan kayu berukuran 4 m x 6 m, terbagi atas dua ruangan. Satu ruangan untuk mengatapi sendang dan satu ruangan lagi digunakan untuk tempat para peziarah.
Menurut salah satu warga setempat sebut saja Suloyo alias Bang Kumis menceritakan bahwa Sendang banyu urip merupakan tempat bersejarah Sunan Kalijaga dan Sunan geseng yang berlokasi di Banyu urip di Kalurahan Jatimulyo Kapanewon Dlingo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpan sejarah atau saksi perjalanan Kanjeng Sunan Kalijaga saat syiar islam kala itu, sendang ini berada di atas tanah sekitar 1.565 meter metersegi.
Sejarah petilasan sendang banyu urip merupakan sumber air yang konon ceritanya berkaitan dengan kisah Sunan Geseng yang merupakan Pangeran Panggung, salah satu Putra Brawijaya dari kerajaan majapahit terakhir yang berganti nama Ki Cokrojoyo yang saat itu tinggal di bedhug tanah bagelen purworejo jawa tengah.
Yang berada dibantaran sungai bagawanta sebagai tukang manjat pohon aren atau sebagai penderes pohon Aren untuk membuat Gula Aren.
Nah karena Sunan geseng di anggap miskin di panggil Ki Petung mlarat. Meski demikian Ki Petung Mlarat, justru suka bertapa, bersahaja juga memiliki budi perkerti luhur dan memiliki ilmu kesaktian
Singkat cerita menurut sejarah yang tertulis dan menjadi cerita pertemuan, Sunan Kalijaga yang sedang berkelana dalam menyebarkan islam di jawa bagian selatan,bertemu Ki Petung Mlarat atau bernama Ki Cokro joyo yang sedang akan memanjat pohon nira /aren melafalkan ajian manjat pohon dengan mantra ‘klotang klantung wong deres buntute blumbung opo gelem opo ora.
Dalam sekejab Ki Cokro joyo bisa di atas pohon nira dan bumbungnya penuh hasil deres nira dalam waktu cepat. Maka setelahnya turun kemudian di samperi ki Sunan Kalijaga
kemudian di tanya kenapa sampean setiap akan memanjat pohon membaca itu, tanya Sunan kalijaga maka di jawab Ki Cokro joyo. Hal ini dilakukan agar mencari upaya deres nira dapat melimpah.
Setelah hasil deres nira maka kedua lelaki tersebut kian akrab sehingga Sunan Kalijaga di ajak dan di beri cara membuat gula aren. Namun keduanya adu kasekten dimana Ki Mlarat dengan ilmunya mengajak Sunan Kalijaga ke rumahnya untuk di beri ilmu dan gula jawa. Kemudian melihat cara tersebut maka Ki Sunan adu kesaktian.
Bahwa tips ki Ki Petung Mlarat, itu beda dengan ilmu Sunan Kalijaga sehingga di minta ki petung mlarat membuktikan ilmu yang di miliki maka Ki sunan dengan memberikan alat cetak setangkep gula aren.
Dan cetaknya di berikan kepada Ki Mlarat, dengan syarat jangan di buka sebelum Sunan Kalijaga keluar dari desa bedhug . maka Ki mlarat setelahnya membuak barang yang di berikan oleh Ki Sunan Kalijaga dan ternyata betapa terkejutnya, Ki Cokrojoyo karena yang dibuka setangkep itu merupakan lempengan emas berkilauan. Sadar akan keluwihan Ki Sunan maka akhirnya berguru dan bersahadat masuk islam kemudian menjadi pengikut Sunan kali jogo untuk menyebarkan islam di pulau jawa bagian selatan.
Berlanjut Ki Cokrojoyo merupakan orang yang teguh dan menepati janji sehingga tatakala di minta ki sunan untuk menunggu tongkatnya di sebuah tempat pegunungan teras iring sambil bertapa maka tetap di jaga hingga waktu yang lama.
Hingga akhirnya lama bertapa menunggu tongkat , Sunan Kalijaga kembali datang dan ternyata tempat yang dulunya untuk menjaga tongkat telah berunah menjadi semak belukar, dan saat di cari penunggu tongkat yakni ki cokrojoyo kembali ketemu, namun saat di minta untuk meninggalkan lokasi karena lokasi mau di bakar Ki Vokrojoyo tidak mau pergi.
Melihat kegigihan Ki Cokrojoyo tadi maka lokasi di bakar, Namun anehnya setelah api menyambar kemudian padam dia tidak hilang, namun hanya terlihat hitam kena kobaran beluk asap api, sehingga disebut atau di juluki Sunan Geseng dari kata Kosong hitam kena belug kobaran api .
Di akhir cerita sunan geseng lantas di ajak ke sebuah tempat pinggir kali oyo Jatimulyo dan Geseng di minta mandi di sebuah sumber pinggir Sungai Oya dan ajaib setelah mandi tidak gosong atau hitam lagi, namun bersih sehat dan terus menyebarkan ilmu islam agar manusia tetap mau bersukur terus beribadah menyembah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Di akhir certa leluhur sesuai buku yang di tulis tentang sendang banyu urip berkaitan dengan Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng yang di bakar dan di ajak mandi badannya tetap kembali bersih tersebut di kenal dengan nama SUNAN GESENG.* Red.











