Home / DI YOGYAKARTA / OPINI

Rabu, 9 Juli 2025 - 18:09 WIB

Sendang Banyu Urip Dlingo, Menyimpan Sejarah Perjalanan Syiar Islam Sunan Kalijaga

BANTUL | LENSANUSA.COM. – Sendang Banyuurip merupakan sumber mata air yang oleh warga setempat dikelola dan dijadikan sebagai sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Mata air tersebut telah dibuatkan bak penampung air. Debit airnya tidak besar, tetapi air di Sendang Banyuurip tidak pernah kering.

Ukuran bak penampung air 2,5 m x 3 m dan kedalamannya 3 m. Sendang Banyuurip dilengkapi dengan atap berupa bangunan kayu di atas dan di sekelilingnya. Bangunan kayu berukuran 4 m x 6 m, terbagi atas dua ruangan. Satu ruangan untuk mengatapi sendang dan satu ruangan lagi digunakan untuk tempat para peziarah.

Menurut salah satu warga setempat sebut saja Suloyo alias Bang Kumis menceritakan bahwa Sendang banyu urip merupakan tempat  bersejarah  Sunan Kalijaga  dan Sunan geseng yang berlokasi di Banyu urip di Kalurahan Jatimulyo Kapanewon Dlingo Kabupaten Bantul  Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpan sejarah atau saksi perjalanan Kanjeng Sunan Kalijaga  saat syiar islam kala itu, sendang ini berada di atas tanah sekitar 1.565 meter metersegi.

Sejarah petilasan  sendang banyu urip merupakan sumber air yang konon ceritanya  berkaitan dengan kisah  Sunan Geseng yang merupakan Pangeran  Panggung, salah satu Putra Brawijaya  dari kerajaan majapahit terakhir  yang berganti nama Ki Cokrojoyo yang saat itu tinggal di bedhug tanah bagelen purworejo jawa tengah.

Yang berada dibantaran sungai  bagawanta  sebagai tukang manjat pohon aren atau sebagai penderes pohon Aren untuk membuat Gula Aren.

Nah karena Sunan geseng di anggap miskin di panggil  Ki Petung mlarat. Meski demikian Ki Petung Mlarat, justru suka bertapa, bersahaja juga memiliki budi perkerti luhur  dan memiliki ilmu kesaktian

Singkat cerita menurut sejarah yang tertulis dan menjadi cerita pertemuan, Sunan Kalijaga yang sedang berkelana dalam menyebarkan islam di jawa bagian selatan,bertemu Ki Petung Mlarat atau bernama Ki Cokro joyo yang sedang akan memanjat pohon nira /aren melafalkan ajian manjat pohon dengan mantra ‘klotang klantung   wong deres  buntute  blumbung  opo gelem opo ora.

Dalam sekejab Ki Cokro joyo  bisa di atas pohon nira dan bumbungnya penuh hasil deres nira dalam waktu cepat. Maka setelahnya turun  kemudian di samperi ki Sunan Kalijaga

kemudian di tanya kenapa sampean setiap akan memanjat pohon membaca itu, tanya Sunan kalijaga maka di jawab Ki Cokro joyo. Hal ini dilakukan agar mencari upaya deres nira  dapat melimpah.

Setelah hasil deres nira maka kedua lelaki tersebut kian akrab sehingga Sunan Kalijaga di ajak dan  di beri cara membuat   gula aren. Namun keduanya adu kasekten dimana Ki  Mlarat dengan ilmunya mengajak Sunan Kalijaga ke rumahnya untuk di beri ilmu dan gula jawa.  Kemudian melihat cara tersebut maka Ki Sunan adu kesaktian.

Bahwa tips ki Ki Petung Mlarat, itu beda dengan ilmu Sunan Kalijaga sehingga di minta ki petung mlarat membuktikan ilmu yang di miliki maka Ki sunan dengan memberikan  alat cetak setangkep gula aren.

Dan cetaknya di berikan kepada Ki Mlarat, dengan syarat jangan di buka sebelum Sunan Kalijaga  keluar dari desa bedhug . maka Ki mlarat  setelahnya membuak  barang yang di berikan oleh Ki Sunan Kalijaga dan ternyata betapa terkejutnya, Ki Cokrojoyo  karena yang dibuka setangkep itu merupakan lempengan emas berkilauan. Sadar akan keluwihan Ki Sunan  maka akhirnya berguru dan bersahadat masuk islam kemudian menjadi  pengikut Sunan kali jogo untuk menyebarkan islam di pulau jawa bagian selatan.

Berlanjut Ki Cokrojoyo merupakan orang yang teguh dan menepati janji sehingga tatakala di minta ki sunan untuk menunggu tongkatnya di sebuah tempat pegunungan teras iring sambil bertapa maka tetap di jaga  hingga waktu yang lama.

Hingga akhirnya lama  bertapa menunggu tongkat , Sunan Kalijaga  kembali datang dan ternyata tempat yang dulunya untuk menjaga tongkat telah berunah menjadi semak belukar, dan saat di cari penunggu tongkat yakni ki cokrojoyo kembali ketemu, namun saat di minta untuk meninggalkan lokasi karena lokasi mau di bakar  Ki Vokrojoyo tidak mau pergi.

Melihat kegigihan Ki Cokrojoyo tadi maka lokasi di bakar, Namun anehnya  setelah api menyambar kemudian padam dia tidak hilang, namun hanya terlihat hitam kena kobaran beluk asap api, sehingga disebut atau di juluki Sunan Geseng dari kata Kosong hitam kena belug kobaran api .

Di akhir cerita sunan geseng  lantas di ajak ke sebuah tempat pinggir kali oyo Jatimulyo dan Geseng di minta mandi di sebuah sumber pinggir Sungai Oya dan ajaib setelah mandi tidak gosong atau hitam lagi,  namun bersih sehat dan terus menyebarkan ilmu islam agar manusia tetap mau bersukur terus beribadah menyembah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Di akhir certa leluhur sesuai buku yang di tulis  tentang sendang banyu  urip berkaitan dengan Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng yang di bakar dan di ajak mandi badannya tetap kembali bersih tersebut di kenal dengan nama SUNAN GESENG.* Red.

Share :

Baca Juga

DI YOGYAKARTA

FMM ; Mari Kita bersama Jaga Kondusifitas Selama Masa Tenang Pilkada di DIY

DI YOGYAKARTA

Pengurus PMI Kabupaten Gunungkidul 2025–2030 Resmi Dilantik, Bupati: Semua Pengurus Wajib Donor Darah

DI YOGYAKARTA

Warga Desa Marao Nias Selatan Tewas Tenggelam di Sungai Idanogawo Saat Mandi

DI YOGYAKARTA

Antisipasi Balapan Liar dan Kejahatan Jalanan Polres Gunungkidul Tingkatkan Patroli Rutin

DI YOGYAKARTA

SDN Tahunan Yogyakarta Gelar LT-1 Penggalang Tingkat 1 di Candi Banyunibo Selama 3 Hari

DI YOGYAKARTA

Diduga Akibat Kelalaian, Bangunan Kandang Ayam Warga Rejosari Terong Dlingo Ludes Terbakar

DI YOGYAKARTA

Polda DIY Gelar Apel Pengecekan Senjata Api dan Amunisi terhadap Personel Pemegang Senpi

DI YOGYAKARTA

PDM Sleman Tegas Tolak Maraknya Peredaran Miras di Kabupaten Sleman