WAINGAPU | LENSANUSA.COM – Taman Baca Masyarakat (TBM) Poba Wangga menyelenggarakan Pelatihan Pekan Literasi untuk Kesejahteraan yang memasuki hari ketiga pada Kamis, 25 September 2025. Kegiatan yang didukung oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah ini berlangsung selama sehari penuh.
Pelatihan ini menargetkan para pengajar atau guru Taman Baca Masyarakat (TBM) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Sumba Timur.
Narasumber pelatihan, Hotmaida Pangaribuan, menyampaikan materi tentang pengenalan huruf dan bunyi vokal Bahasa Indonesia, dengan fokus pada aspek vokal-fonemik. Dalam materinya, ditekankan pentingnya suara vokal. Guru dianjurkan memulai dengan memperkenalkan lima huruf vokal dasar (A, I, U, E, O) beserta bunyinya. Latihan ini bertujuan membantu anak-anak mengenali dan membedakan bunyi vokal dalam kata sehari-hari, sebelum dilanjutkan dengan pengenalan huruf konsonan satu per satu hingga anak menguasai semua bunyinya.
Untuk mempermudah pengajaran, narasumber mendorong pengajar memanfaatkan alat peraga inovatif dari bahan bekas yang layak pakai, seperti botol air mineral, kertas bekas, batu, kayu, daun, dan cangkang kerang. Penggunaan barang bekas ini juga dinilai efektif dalam menarik rasa penasaran anak terhadap pelajaran yang diajarkan.
Hotmaida Pangaribuan juga secara khusus mengingatkan para pengajar untuk menghindari tindakan membentak dengan bahasa kasar atau menggertak dengan isyarat non-verbal (misalnya memelototi) yang dapat menyebabkan anak-anak kehilangan rasa percaya diri.
Kegiatan ini berhasil menggugah semangat peserta untuk berkreasi dalam mengubah barang bekas menjadi bahan ajar, sehingga meminimalkan biaya pembelian alat peraga. Pelatihan dibagi menjadi enam kelompok, dengan antusiasme tinggi dari para peserta. Kelompok 3 menjadi pemenang untuk kategori presentasi paling kreatif dan inovatif.
Salah satu perwakilan dari kelompok pemenang mengungkapkan rasa senang mengikuti pelatihan ini. “Pelatihan ini melatih kami sebagai pengajar untuk terus kreatif dan inovatif dalam mengajar dengan menggunakan alat-alat yang ada di sekitar kita tanpa harus memikirkan cara mendapatkan alat peraga. Apalagi kami sebagai pengajar di desa atau di pedalaman yang serba kekurangan, mengajar tanpa upah hanya karena punya hati dan semangat untuk generasi Sumba,” ujarnya.
Devita Angel, S.Th, selaku Ketua TBM POBA Wangga, menyampaikan rasa bangga dan syukurnya. “Kami sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Saya tidak pernah berpikir TBM POBA menjadi wadah pelatihan bagi para pengajar dari berbagai tempat di Sumba Timur,” tutupnya.
Laporan: Ardy.