KAMPAR| LENSANUSA.COM, — 3 November 2025 Aksi kekerasan berat kembali terjadi di wilayah Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jamhor, pengawas di Koperasi Nenek Eno Senama Nenek (KNES), menjadi korban penyanderaan dan penganiayaan brutal yang dilakukan oleh kelompok orang yang mengaku sebagai anggota TNI dan Kopassus, namun diduga merupakan preman bayaran yang disuruh oleh pihak Koperasi Koposan.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 2 November 2025. Korban diserang oleh beberapa orang, diseret ke dalam mobil, dan disandera selama beberapa jam. Selama dalam penyanderaan, korban dipukul, ditendang, dan diancam akan dibunuh, bahkan dibawa berkeliling dengan tujuan menyiksa korban hingga kehabisan darah.
“Korban dibawa keliling di dalam mobil, disiksa sepanjang jalan. Di dalam mobil ada banyak senjata tajam, dan salah satu pelaku membawa senjata api,” ujar seorang saksi.
Akibat tindakan tersebut, Jamhor mengalami luka parah di bagian kepala, wajah, dan hidung, serta mengalami pendarahan hebat. Korban akhirnya berhasil diselamatkan warga dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis intensif. Kondisinya kini berangsur membaik, namun masih trauma berat akibat kejadian tersebut.
“Ketika ditemukan, korban hampir tidak sadarkan diri. Tubuhnya penuh darah, dan bajunya sobek karena diseret dan dipukul,” ungkap salah seorang warga yang mengevakuasi korban.
Tindakan Kekerasan Terencana
Masyarakat dan pengurus Koperasi KNES mengecam keras peristiwa tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan kekerasan terencana yang melibatkan kelompok bersenjata nonaparat. KNES adalah koperasi resmi yang dibentuk dan ditunjuk pemerintah untuk mengelola lahan masyarakat secara sah dan produktif. Serangan terhadap pengurus KNES dianggap sebagai upaya intimidasi terhadap kegiatan pengelolaan yang sah secara hukum.
“Kami mendesak aparat untuk menindak tegas para pelaku. Ini bukan insiden kecil. Korban nyaris kehilangan nyawa akibat disiksa dengan senjata tajam,” ujar perwakilan pengurus KNES.
Polres Kampar Dinilai Lamban dan Tak Tanggap
Masyarakat menilai pihak Polres Kampar lamban dan tidak tanggap dalam menangani kasus ini. Padahal laporan resmi telah disampaikan oleh pihak keluarga dan saksi mata, lengkap dengan bukti visual dan kronologi kejadian. Hingga rilis ini diterbitkan, belum ada langkah konkret berupa penangkapan pelaku maupun penetapan tersangka.
“Kami sudah menyerahkan bukti dan laporan lengkap. Tapi sampai hari ini belum ada tindakan. Polisi jangan diam,” tegas perwakilan keluarga korban.
Sejumlah Aktivis Riau Meradang dan mengecam keras
Tindakan kekerasan ini dan menyebutnya sebagai bentuk premanisme yang dibiarkan. Mereka menuntut agar Polres Kampar segera mengambil langkah hukum yang tegas dan profesional.
“Negara tidak boleh kalah oleh preman berseragam. Kasus ini harus diusut sampai tuntas. Jika Polres Kampar tidak mampu, Kapolda Riau dan bahkan Mabes Polri harus turun tangan,” tegas salah satu aktivis pendamping masyarakat adat Riau.
Editor: Andi Champay











